Powered By Blogger

Senin, 04 April 2011

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

V. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN

TUGAS GURU


Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.


Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.


Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.


Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.


Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.


Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.


Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.


Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.



Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.



Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :

Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.


Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.


Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.

PERAN GURU


WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.


Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.


Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.


Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.


Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.


Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.


Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.


Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

Minggu, 03 April 2011

pemikiran-pemikiran Peter Ablardus

Peter Ablardus

A. Kelahiran
Peter Abelardus lahir di Pallet (Palais), tidak jauh dari Nantes, Perancis, pada tahun 1079. Dia adalah anak tertua dari rumah Breton mulia. Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Nama Abaelardus (juga ditulis Abailardus, Abaielardus, dan dalam berbagai cara lain) dikatakan korupsi dari Habelardus, kemudian diganti oleh dirinya sendiri untuk nama panggilan Bajolardus yang ditunjukkan untuknya saat menjadi siswa.
Peter Abelardus adalah seorang filsuf dan teolog yang terkenal pada Abad Pertengahan. Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme bersama dengan Anselmus dari Canterbury.
Petrus Abelard dan Heloise, ada pada abad ke12, Perancis. Di puncak karir dan kemahsyurannya Abelard hanya berusia tiga puluh lima tahun. Abelard adalah Teolog dan dosen yang ketika itu merupakan guru dari Heloise . Heloise adalah keponakan dari salah satu canon (clergyman) di Notre Dame bernama Fulbert (sementara orang bilang bahwa Fulbert sebenarnya adalah bapak dari Heloise). Abelard sangat mencintai Heloise muridnya yang baru tujuh belas tahun waktu itu
gambar : Abelard dan Heloise.

Fulbert begitu possessive dengan Heloise dan begitu marah dengan Abelard setelah mengetahui hubungan mereka. Heloise jadi hamil dan Abelard harus menyembunyikan kekasihnya dikampung halaman Abelard di Britanny. Heloise melahirkan anak laki laki bernama Astralabe (penghormatan untuk astronomer yang menemukan letak bintang-bintang).
Abelard menawarkan untuk mengawini Heloise asalkan perkawinan mereka tetap dirahasiakan demi menjaga reputasinya Diam-diam mereka menikah.
Selang beberapa waktu, Fulbert mulai mengingkari perjanjian nya dengan Abelard, dan dia menyebarkan kabar tentang perkawinan mereka. Abelard merespon tindakan Fulbert dengan memindahkan Heloise ke convent (biara).
Fulbert mencurigai (dan ini bukan tanpa alasan) bahwa Abelard bermaksud menyingkirkan Heloise dengan menjadikan Heloise seorang biarawati demi menyelamatkan nama baiknya. Fulbert yang sangat marah, mengirim pembantunya dan beberapa temannya untuk mendobrak pondokan Abelard. Mereka memotong bagian tubuhku dengan mana aku telah melakukan kesalahan yang membuat mereka marah, kata Abelard. Seperti halnya Origen, karena dikebiri mereka tak bisa diangkat jadi pendeta.
Abelard terus menulis dan kembali mengajar, takdirnya telah tersurat. Dia menjalani public debate dengan Bernard of Clarveaux, seorang tokoh kuat dari Cistercians. Debat ini berubah jadi pengadilan buat Abelard dimana pernyataan pernyataan Bernard menyebabkan pandangan theologies Abelard dilaknati dan dianggap heresy oleh pope (1140). Buku buku Abelard dibakar dan pengikutnya dikucilkan. Abelard dikurung di biara dalam kesunyian yang bisu tak berkesudahan. Sahabat dan pengayom Abelard, Peter the Venerable, memindahkan Abelard ke biara di Chalon-sur-Saone dimana Abelard meninggal delapan bulan kemudian. Ia meninggal pada tanggal 21 April 1142.

B. Pendidikan
Dalam perjalanannya, akhirnya membawa Ablard`s ke Paris ketika usianya masih remaja. Dia bersekolah di sekolah Katerdral besar Notre-Dames de Paris. Peter Ablardus belajar kepada seorang filsuf Nominalis yang bernama Roscellinus, dan juga kepada William dari Champeaux yang merupakan seorang filsuf Realisme. Abalardus tidak mengikuti salah satu posisi yang dianut gurunya, melainkan mengembangkan ajarannya sendiri yang dinamakan konseptualisme.



C. Pokok-pokok Pikiran
Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika adalah tentang kemurnian sikap batin. Disamping itu dia juga berfikir bahwa peranan akal dapat menundukan iman, iman harus mau didahului oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman. (di luar kepercayan). Oleh sebab itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Peter Ablardus menberikan status yang tinggi kepada penalaran dari pada iman.
D. Gagasan Peter Ablardus
Dalam tulisannya yang berjudul "Kenalillah Dirimu Sendiri" (dalam bahasa Latin Scito te ipsum), yang ditulis pada tahun 1130, ia mengajarkan bahwa suatu tindakan lahiriah selalu bersifat netral. Yang membuat suatu tindakan bermoral atau tidak adalah maksud atau sikap batin dari orang tersebut. Maksudnya, apakah batin orang tersebut menyetujui tindakan yang diambil itu. Oleh karena itu, suatu hal yang dianggap tidak pantas, belum dapat dinilai baik atau buruk. Bila batin orang itu di dalam batinnya menyetujui atau mengiyakan sesuatu yang tidak pantas itu, maka barulah itu dianggap dosa.
Eropa membuka kembali kebebasan berikir yang dipelopori oleh Peter Ablardus. Ia menginginkan kebebasan berfikir dengan membalik diktum agustinus-Anselmus Credo ut Intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya)
E. Teori Peter Ablardus
Semasa hidupnya Peter Ablardus termasuk orang yang dikenal sebagai konseptualisme dan sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik.
Peter Abalardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman. Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

F. Mamfaat Teorinya bagi Kehidupan Dewasa ini
Adapun mamfaat dari teori Peter Ablardus adalah terbebasnya pemikiran-pemikiran yang dahulunya cenderung terbelenggu oleh ajaran gereja menjadi bebas dalam berfikir. Teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat kita pelajari sekarang ini adalah tidak lain dari akibat kebebasan berfikir. Manusia bebas dalam menggunakan penalarannya dalam berfikir.

Jumat, 01 April 2011

Mau Kuliah apa ngekost?

Ada seorang pemuda dari desa nun jauuuhhh di sana. Setelah lulus SMA dari desanya, dia ingin melanjutkan kuliah di Jakarta. Maka dia mengutarakan niatnya untuk melanjutkan kuliah ke Jakarta pada orang tuanya. Dan demi masa depan anaknya, maka orangtuanya setuju. Setelah diberikan uang yang cukup, maka anak tersebut berangkat ke Jakarta.

Setelah sampai di Jakarta, maka anak tsb mendaftar di salah satu universitas dan sisa duitnya digunakan untuk membayar kost karena di Jakarta dia tidak mempunyai saudara. Uang tersebut cukup untuk membayar kost selama 2 bulan. Memasuki bulan ketiga, uangnya sudah habis, maka dia menulis surat buat orangtuanya. Begini kira-kira sebagian isi suratnya : “Pa Ma, beta sehat-sehat saja di Jakarta dan sekarang beta telah kuliah. Tapi sekarang beta minta supaya papa kirim uang untuk bayar kost karena uang beta telah habis, dan ……. (masih panjang sich suratnya tapi tidak usah diceritain karena intinya hanya di situ).

Setelah ditunggu selama seminggu, akhirnya datang juga balasan dari orang tuanya yang isinya kira-kira begini : “Anakku, waktu kamu dulu mau berangkat, rencana kamu kan untuk kuliah di Jakarta, bukan kost. Jadi sekarang mau kuliah ya kuliah, kalau mau kost ya kost. Jangan dua-duanya doooong.

Anaknya tinggal bengong. Haaaaaaaaaa……………



copas: PASKI

Prinsip, Pendekatan, Metode, Teknik, Strategi, dan Model Pembelajaran

1. Pengantar
Mengawali kegiatan mempelajari bagian ini, renungkan pertanyaan berikut. Apakah Saudara termasuk pemerhati pembelajaran yang baik? Jika ya, Anda tentunya telah mencermati apa itu prinsip, pendekatan, metode, teknik, strategi, dan model pembelajaran dengan baik. Untuk membuktikannya, ujilah kemampuan Saudara dengan menjawab pertanyaan berkaitan dengan hakikat hal-hal berikut ini!

a. Apa itu prinsip?
b. Apa itu pendekatan?
c. Apa itu metode?
d. Apa itu teknik?
e. Apa itu strategi?
f. Apa itu model?

Bagaimana penguasaan Saudara? Sudah mantapkah penguasaan Saudara tentang konsep dasar di atas ataukah sebaliknya? Bila belum atau kurang mantap pelajarilah bagian berikut dengan seksama!

Bagian berikut akan memaparkan topik-topik yang termasuk dalam ruang lingkup pembahasan konsep dasar pembelajaran sebagai berikut.

a. Prinsip pembelajaran
b. Pendekatan pembelajaran
c. Metode pembelajaran
d. Teknik pembelajaran
e. Strategi pembelajaran
f. Model pembelajaran

2. Materi Pembelajaran
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu 1) prinsip, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran. Pengertian untuk istilah-istilah itu sering dikacaukan. Apalagi terhadap tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan teknik biasanya terkacaukan (lihat Syafii 1994:15; Badudu 1996:17). Istilah pendekatan sering dikacaukan dengan metode, misalnya kita sering mendengar orang mengemukakan istilah pendekatan komunikatif disamping istilah metode komunikatif. Sering pula pengertian metode dikacaukan dengan teknik, misalnya kita sering mendengar orang menyebutkan istilah metode diskusi disamping istilah teknik diskuasi.
Agar kita dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik, seyogyanya kita menguasai pengertian-pengertian di atas dengan baik. Untuk itu, pada bagian berikut istilah-istilah tersebut diupayakan dipaparkan secara rinci satu per satu.

2.1 Prinsip Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman (1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.
Dengan demikian, prinsip pembelajaran bahasa adalah kerangka teoretis, petunjuk-petunjuk teoretis bagi penyusunan sebuah metode pembelajaran bahasa dalam hal :
1) pemilihan dan peyusunan bahan pembelajaran bahasa yang akan dibelajarkan;
2) pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan mempelajarinya, hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan, teknik, media, dan sebagainya;
3) guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki, serta aktivitas yang harus dilaksanakan;
4) siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya; dan
5) Hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

2. Sumber Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran bersumber pada teori-teori yang berkembang pada bidang yang relevan. Prinsip pembelajaran bahasa berarti bersumber pada teori-teori yang relevan dengan pembelajaran bahasa, seperti: 1) teori belajar, 2) teori belajar bahasa, 3) teori bahasa, dan 4) teori psikologi.

Teori Belajar Teori Belajar Bahasa Teori Bahasa Teori Psikologi

Behaviorism
Piaget’s Development Theory
Vygotsky and Social Cognition
Constructivism
Neuroscience
Brain-Based Learning
Learning Styles
Multiple Inteligence
Right Brain/Left Brain Thinking
Communities of Practice
Control Theoty
Observational Learning
Problem-Based Learning Teori behavioris
Teori mentalis Teori tradisional
Teori struktural
Teori transformasi
Teori tagmemik
Teori fungsional
Teori relasional Behaviorisme
Kognitif

Catatan:
Teori belajar di atas dikutip dari Syamsudin (1999) ”Teori Belajar dalam Buku Teks” dalam Bahan Pelatihan Penulisan Buku Teks tanggal 22 Nopember – 24 Desember 1999 yang diselenggarakan atas Kerja sama SEAMEO-RECSAM-DEPDIKNAS di Universitas Negeri Semarang. Dari ke-13 teori belajar di atas, yang terpenting untuk dipahami adalah teori 1) Behaviorism, 2) Piaget’s Development Theory, 3) Vygotsky and Social Cognition, 4) Contructivism, 5) Multiple Intelligence, dan 6) Problem-Based Learning karena teori-teori tersebut merupakan dasar dari perkembangan teori belajar lainnya.

3. Fungsi Prinsip Pembelajaran
Istilah fungsi berasal dari bahasa Inggris function yang memiliki banyak arti di antaranya: jabatan, kedudukan, kegiatan, dan sebagainya. Fungsi atau peran adalah jabatan, kedudukan, atau kegiatam. Jadi, prinsip pembelajaran bahasa berfungsi sebagai kerangka teori dan pedoman pelaksanaan bagi komponen-komponen pengajaran bahasa. Sebagai pedoman/kerangka teori, setiap butir prinsip pengajaran bahasa memberikan arah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pengajaran.

4. Macam-macam Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip umum dan 2) prinsip khusus (lihat Supani, dkk. 1997/1998).
a. Prinsip umum, yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
1) Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.
2) Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.
3) Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.
4) Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.

b. Prinsip khusus, yaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut.
1) Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa, yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. Jadi, pembelajaran bahasa merupakan kegiatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang harus dilakukan melalui praktik menggunakan bahasa. Bukan sebaliknya, pembelajaran bahasa adalah aktivitas mempelajari teori atau pengetahuan tentang bahasa.
2) Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas. Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).
3) Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.
4) Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.

2.2 Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.

2. Fungsi Pendekatan
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.
Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

3. Perbedaan Prinsip dan Pendekatan
Supaya tidak salah pengertian antara prinsip pengajaran dengan pendekatan pengajaran, berikut ini disajikan beberapa perbedaan penting antara keduanya.

Prinsip Pendekatan
Lahir dari teori-teori Lahir dari asumsi-asumsi
Berperan sebagai kerangka teori metode pembelajaran. Berperan sebagai ancangan atau pedoman langsung metode pembelajaran.
Memberi pedoman kepada metode pem-belajaran dalam banyak hal, seperti bahan, siswa, guru, proses belajar mengajar. Memberi pedoman kepada metode pem-belajaran terutama dalam hal proses belajar mengajar.
Hubungannya dengan metode (penyusunan metode bersifat tak lagsung dalam bentuk saran). Hubungannya dengan penyusunan metode bersifat langsung dan menentukan wujud metode. Metode lahir dari pendekatan.

4. Macam Pendekatan
Pendekatan, seperti halnya prinsip, dibedakan menjadi 2, yaitu pendekatan umum dan pendekatan husus.

a. Pendekatan Umum yaitu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
a. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).

c. Pendekatan Spiral
Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
d. Pendekatan Tujuan
Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.

b. Pendekatan khusus, yaitu pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
a. pendekatan komunikatif,
b. pendekatan struktural,
c. pendekatan Iisan (ora!),
d. pendekatan langsung,
e. pendekatan tak langsung,
f. pendekatan alamiah.

2.3 Strategi Pembelajaran
Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat 2000:1).
Antony (dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa strategi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara umum strategi diartikan suatu cara, teknik, taktik, atau siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).
Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu: a) kegiatan prapembelajaran, b) penyajian informasi, c) partisipasi siswa, d) tes, dan e) tindak lanjut. Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran.
Berkaitan dengan strategi ini, ada kesepakatan beberapa ahli. Mereka menyatakan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat ini, konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai berikut (Suparman 1993:156).
a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.
c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Berikut ini akan dijelaskan empat komponen utama strategi pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pembelajaran, metode, media, dan waktu.
Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran, b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi), dan c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran. Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu a) uraian, b) contoh, dan c) latihan. Penutup terdiri atas dua langkah, yaitu a) tes formatif dan umpan balik dan b) tindak lanjut. Bila dibagankan urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
No. Komponen Langkah Kegiatan
1 Pendahuluan a. Penjelasan singkat tentang isi pembelajaran
b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi)
c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran
2 Penyajian a. Uraian
b. Contoh
c. Latihan
3 Penutup a. Tes formatif dan umpan balik
b. Tindak lanjut

Metode pembelajaran terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Setap langkah itu mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama.
Media pembelajaran berupa media cetak dan atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Seperti halnya penggunaan metode pembelajaran, ada kemungkinan beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada beberapa langkah.
Berikut ini dibagankan hubungan keempat komponen yang membentuk strategi pembelajaran Suparman 1993:159).
Urutan Kegiatan Pembelajaran Metode Media Waktu

Pendahuluan Deskripsi singkat
Relevansi
TIK

Penyajian Uraian
Contoh
Latihan

Penutup Tes formatif
Umpan balik
Tindak lanjut

Karena itu, dalam pemilihan strategi pembelajaran ada dua pertanyaan yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?

2.4 Metode Pembelajaran
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu.
Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.
Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-¬tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut.

Tahap Kegiatan

I. Persiapan Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedo-man kepada kurikulum.
Gradasi (penyusunan bahan, tujuan, dan seba-gainya sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).

II. Pelaksanaan Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa)
Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).

III. Penilaian Penilaian formatif (proses pembelajaran)
Penilaian sumatif sudah di luar metode

Jadi, secara keseluruhan metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparasi), pelaksanaan (presentasi), dan penilaian (evaluasi). Setiap tahap diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan di atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai berikut:
1) pemilihan bahan,
2) penyusunan bahan,
3) penyajian,
4) pemantapan, dan
5) penilaian formatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran. Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan, dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari pendekatan SAS.
Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.

a. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:
a. metode ceramah,
b. metode tanya jawab,
c. metode diskusi,
d. metode ramu pendapat,
e. metode demonstrasi,
f. metode penemuan,
g. metode inkuiri,
h. metode pemberian tugas dan resitasi, dan
i. metode latihan.

b. Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula. Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:
a. metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan
b. metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Di antara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.
Bahasa Indonesia bagi kebanyakan orang Indonesia adalah bahasa kedua. Hal itu karena sewaktu kecil mereka telah beroleh bahasa ibu, dalam hal ini bahasa ibu. Contoh metode-metode pengajaran bahasa kedua yang pernah populer adalah
a. metode tata bahasa terjemahan,
b. metode langsung,
c. metode eklektik,
d. metode audiolingual,
e. metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan
f. metode komunikatif.

2.5 Teknik Pembelajaran
Bila Anda hanya mengenal pendekatan dan metode saja sebenarnya Anda baru mengetaui penyampaian pelajaran secara teoretis (Hidayat dkk. 2000: 60). Karena ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pelajaran itu, yaitu teknik.
Teknik artinya cara, yaitu cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik pengajaran atau mengajar adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru untuk melaksanakan pengajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator setelah kurikulum 2004) saat itu.
Karena itu, teknik bersifat implementasional (pelaksanaan) dan terjadinya pada tahap pelaksanaan pengajaran (penyajian dan pemantapan). Kalau kita perhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, maka yang tampak pada kegiatan guru – murid itu adalah teknik mengajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat atau cara yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk dapat memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan metode, dari metode dapat ditentukan teknik. Karena itu, teknik yang digunakan guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor.
Karena itu, teknik pembelajaran yang digunakan guru tergantung pada kemmapuan guru itu mencarai akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan teknik pembelajaran di antaranya 1) situasi kelas, 2) lingkungan, 3) kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi yang lain.
Dalam percakapan sehari-hari kata metode dan taknik ini diartikan sama, yaitu cara. Dengan demikian, guru sering mencampuradukkan antara metode pengajaran dan teknik mengajar. Kalau teknik mengajar disebut metode mengajar masih bisa diterima karena metode mencakup teknik. Sebaliknya, kalau sebuah metode pengajaran disebut teknik pengajaran jelas tidak tepat sama sekali.
Agar lebih jelas, ada baiknya kita perbandingkan metode dan teknik ini dengan menampilkan perbedaannya sebagai berikut.

No. Metode Teknik
1 Mencakup semua tahap dalam proses belajar mengajar. Hanya tertuju kepada satu tahap proses belajar mengajar, yaitu pada tahap pelaksanaan.
2 Bersifat prosedural (menggam-barkan prosedur langkag-lang-kah menyeluruh proses belajar mengajar). Bersifat implementasional (meng-gambarkan pelaksanaan pengajaran di kelas).
3 Tidak tampak, tidak bisa dide-teksi dengan jelas dengan melihat guru yang sedang mengajar di kelas. Tampak pada saat melihat guru yang sedang mengajar di kelas.
4 Ditunjukkan untuk mencapai tujuan umum pengajaran (TIU/ TPU pada kurikulum sebelum 2004, KD pada kurikulum setelah 2004). Ditujukan untuk mencapai tujuan khusus (TIK/TPK pada kurikulum sebelum 2004, indikator untuk kurikulum setelah 2004) suatu pertemuan.
5 Jumlahnya hanya satu (satu metode khusus) untuk satu bidang studi dalam satu program. Jumlahnya sangat banyak untuk setiap pengajaran bidang studi dalam suatu program.

6 Metode pengajaran (metode khusus) ditetapkan oleh kur-ikulum, guru tinggal mengi-kutinya. Guru bebas memilih teknik asal cocok dan dapat mencapai tujuan pengajaran bahan yang sedang diajarkannya.

Seperti halanya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.
1. Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut.
a. teknik ceramah
b. teknik tanya jawab
c. teknik diskusi
d. teknik ramu pendapat
e. teknik pemberian tugas
f. teknik latihan
g. teknik inkuiri
h. teknik demonstrasi
i. teknik simulasi.
Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.
b. Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang keci!. Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali macamnya karena teknik khusus itu berhubungan dengan rincian bahan pembelajaran.
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia, hanya menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pembelajaran bahasa (yang ditunjang sejum!ah pendekatan dan prinsip), tetapi menggunakan sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap saat divariasikan.

2.6 Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) “Earch model guides us as we design instruction to helf students achieve various objectis” . Artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan “Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expessing themselves, we are also teaching them how to learn”. Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan pengelolaan kelas (Kardi dan Nur 2000:8). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend (1997) “The term teaching model refers to a particular aproach to instruction that includes its goals, sintax, enviroment, and management system”. Artinya, model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak.
Atas dasar pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai berikut. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang lagis.

2. Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

3. Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.

4. Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaknya (langkah-langkahnya), dan sifat lingkungan belajarnya. Arends (1997) menyebutkan enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam pembelajaran, yaitu: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi pembelajaran di antaranya sebagai berikut (lihat Karli dan Yuliariatiningsih 2002).
(a) model pembelajaran kontekstual (CTL),
(b) model pembelajaran berdasarkan masalah,
(c) model pembelajaran konstruktivisme,
(d) model dengan pendekatan lingkungan,
(e) model pengajaran langsung,
(f) model pembelajarn terpadu, dan
(g) model pembelajaran interaktif.

5. Cara Memilih Model Pembelajaran
Dalam pembelajarkan suatu materi (tujuan/kompetensi) tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan antara lain materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan (kompetensi) pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Hal itu sejalan dengan pemikiran Arends (1997:7) yaitu model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahapkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan engelolaan kelas. Hal itu dengan harapan bahwa setiap model pembelajaran dapat mengarahkan kita mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh 1) sifat dari materi yang akan diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam pengajaran, 3) tingkat kemampuan peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5) lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia.
Kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan (kompetensi), yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Karena itu, setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap model memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem saraf (penerimaan/proses berpikir) banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto 2007: 5-6).
Berikut ini diberikan contoh model pembelajaran yang mengaitkan antara tema, subtema, pembelajaran menjadi unit kegiatan pembelajaran yang terpadu dan berkesinambungan.

Contoh
Tema : Teknologi
Subtema : Beberapa anak tema yang dapat dipilih
1. Teknologi untuk kepentingan sehari-hari
2. Teknologi dalam rumah tangga
3. Teknologi di pedesaan
4. Manfaat teknologi untuk meningkatkan produksi
Aspek keterampilan bahasa yang dikembangkan
1. Menyimak penjelasan dan menangkap maksudnya
2. Mengamati
3. Mencatat sesuatu yang diamati
4. Menjelaskan cara kerja atau atau cara menggunakan sesuatu alat
5. Menulis karangan
Apabila yang dipilih teknologi dalam rumah tangga maka pengembangan model pembelajarannya dapat berwujud sebagai berikut.
1. Menyimak penjelasan apa yang dimaksud dengan teknologi dan manfaatnya bagi manusia.
2. Menceritakan kembali secara lisan hasil simakannya.
3. Mencatat manfaat tiap macam teknologi.
4. Menjelaskan apa akibatnya jika tidak ada teknologi.
5. Menjelaskan bagaimana cara kerja dan cara menggunakan alat rumah tangga dan merawatnya (tertulis).
6. Membuat karangan fiksi, misalnya apa yang terjadi apabila teknologi tidak berkembang seperti sekarang.

Minggu, 20 Maret 2011

Teori-teori Belajar

Teori-teori Belajar

Teori merupakan seperangkat azas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata.
Ada 4 fungsi umum teori yang juga brlaku bagi teori belajar, yaitu :
1. berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian.
2. memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu.
3. mengunkapkan kekompleksan peristiwa yang kelihatannya sederhana.
4. mengorganisasian kembali pengalaman yang sebelumnya.

A. Teori Belajar Diskriptif dan Preskriktif

Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah persepektif karena tujuan utamanya adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal .

B. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa keluaran atau stimulus dan output yang berupa respon. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin, Guthren, dan skinner. Berikut akan dijelaskan teori
 Skinner
Skinner dalam teorinya operan conditioning menjelaskan tentang belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif . hasil dari belajar adalah respon yang baru (tingkah laku). Perancangan pembelajaran untuk belajar yang kompleks adalah merancang urutan stimulus-respons kompleks. Isi pokok dalam merancang pembelajaran adalah pemindahan kendalo stimulus, waktu penguatan; menghindari hukuman.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik lainnya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin, dan Guthren.

C, Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajarannya
a. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan mekanisme biologis sistem syaraf.
b. Teori Perkembangan Piaget
Menurut Pieget integensi individu tmbuh dan berkembang melalu interaksi dengan lingkungan. Ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, yaitu lingkungan fisik, kematangan, lingkungan sosial, faktor ekuebilitas.
Pieget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu :
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
d. Tahap operational formal (umur 11/12-18 tahun)

c. Teori Belajar Menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalaui contoh-contoh yang iya jumpai dalam kehidupan
d. Teori belajar bermakna Ausubel
Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.

D. Teori Belajar Konstruktivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan suatu konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungan. Pengetahuan adalah ebagai suatu bentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungan.semaki banyak seseorang berinteraksi dengan objek lingkungan, pengetahuan, dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih lebih rinci.
Pandangan konstruktivisme mengemukakan bahwa lingkungan belajar angat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interprestasi terhadap realitas, konstruktisi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pngetahuan yang menggambarkan poses berfikir yang lebih tinggi.

E. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori belajar humanistik, proses belajar harus di mulai dab ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimamfaatkan, asal tujuannya dapat memanusiakan manusia. Proses beajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan diri sendiri.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk befikir induktif, , memetingkan pengalaman, serta membutuk keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Adapun tokoh penganut aliran humanistik diantaranya adalah ;
a. Kolb dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu pengalaman konkret, pengaaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksprimentasi aktif.
b. Honey dan momford menggolongkan siswa menjadi 4,yaitu aktivis, reflektor,teoris dan fragmatis.
c. Hubernas membedakan macam atau tipe belajar yaitu;belajar teknes, belajar praktis, dan blajar emansipatoris.
d. Bloom dan Krathwohl dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu; kognitif, psikomotor, dan efektif.



F. Teori Belajar Sibernetik (pengolahan informasi)
Menurut teori Sibernetik belajar adalah pengolahan informasi. Asumsi lain dari teori Sibernik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua siswa. sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Belajar adalah proses informasi dari lingkungan diubah bentuknya menjadi strktur kognitif. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yanh dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut.
Pusat perhatian pokok studi adalah cara bagaimana manusia mempersepsi, mengorganisasi, mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekitar.
Teori ini dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehliner dan Snowman, Baine, serta Tennyon..
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti engan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan pengungkapan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval)
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskipsikan adanya :
1. Kapasitas belajar
2. Peristiwa pembelajaran
3. Pengorganisasan/ urutan pembelajaran.

G. Teori Belajar Revolusi-Sosialkultural

Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan Zona dan perkembangan proximalnya atau potensi melalui belajar dan berkembang. Menurut Vygotsky jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang dibalik otaknya dan pada kelemahan jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya, dan interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya.
a. Hukum genetik tentang perkembangan
manurut Vygotsky setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang menbentuk lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan

b. Zona perkembangan proksimal
Menurut Vygotsky perkembangan kemampuan seseorang dapat dbedakan kedalam dua tingkat yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat g potensial. Tingkat perkembangan akual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak pada kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berklaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten.

c. Mediasi
Menurut Vygostky, kunci utama untuk memahami poses-proses sosial dan psikologis adalah tanda-tanda atau lambing-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Ada dua jenis mediasi :
a. Metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan regulasi diri, melaukan self-regulation, self-planning , self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating.
b. Kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu.



































Daftar Pustaka
Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Teras

Budianingsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cifta

PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN, DAN KEMISKINAN

Dalam tahun 1970-an terjadi perubahan pendapat baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta mengenai sifat-sifat pokok dari segala kegiatan ekonomi. Negara-negara maju lebih menekankan pada kualitas hidup yang dinyatakan dengan adanya perubahan lingkungan hidup. Pada tahun 1972 terbit buku dengan judul The Limits to Growth yang menguraikan secara rinci mengenai pendapat dari ahli ekonomi Ricardo dan Malthus mengenai kejadian-kejadian pada awal abad ke-19. Mereka menyatakan bahwa sumber daya alam yang terbatas tidak dapat terus menerus menopang tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa diikuti malapetaka dalam perekonomian dan masyarakat.

Banyak Negara di Dunia Ketiga mulai sadar bahwa pengalaman pertumbuhan ekonomi yang relative tinggi pada tahun 1960-an, sedikit sekali manfaatnya bagi yang miskin. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran bagi ratusan juta manusia di Afrika, Asia dan Amerika Latin ternyata tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya jadi menurun dalam nilai riilnya. Hal ini dianggap sebagai kenyataan bagi Negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga. Layak jika ada seruan agar Negara-negara berkembang tidak lagi menggunakan GNP sebagai tujuan utama kegiatan perekonomian suatu Negara dan ini ternyata mendapat sambutan yang luas.

Penanggulangan mengenai kemiskinan dan ketidak merataan pendapat yang sudah berjalan begitu lama, terutama di Negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga. Dengan kata lain bahwa sifat kemiskinan dan ketidak merataan pendapatan di Negara-negara berkembang atau Dunia ketiga menjadi masalah yang sering dan banyak dibicarakan di banyak Negara di dunia, terutama di negar-negara berkembang.

Secara paralel dan yang lebih penting lagi yakni masalah ketidakmerataan kekuasaan, wibawa, status, pengakuan, kepuasan kerja, kondisi pekerjaan, tingkat keperansertaan, kebebasan memilih, dan lain-lain, erat hubungannya dengan komponen kedua dan ketiga dari arti pembangunan.
Walaupun demikian, dalam kaitannya dengan masalah sosial orang tidak akan dapat memisahkan perwujudan ketidakmerataan secara ekonomi dan secara non-ekonomi. Pendekatan yang termasuk sederhana dan memadai dalam masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan yakni dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi ( the production possibility frame work ). Produksi dapat dilihat dalam model hipotesis perekonomian yang sedang berkembang menjadi dua kelompok barang. Pertama kelompok barang yang dinamakan barang kebutuhan pokok. Yang kedua yakni barang mewah.

Dalam perekonomian yang sangat sederhana hanya terdapat 2 orang konsumen dan 2 barang, yakni berupa barang mewah dan barang kebutuhan pokok. Misalnya seseorang disebut miskin kalau pendapatan per tahun sebesar 5 unit atau kurang. Sebaliknya bagi orang kaya atau yang pendapatannya lebih dari 5 unit per tahun. Begitu juga dengan negara, sekiranya ada negara dengan GNP hanya sebesar 8 unit dibagi masing-masing menjadi 4 unit ( Y ) sebagai tingkat pendapatan perorangan untuk 2 individu. Sekiranya pendapatan nasional yang 8 unit itu dibagi secara tidak merata, individu pertama mendapat 7 unit dan individu ke 2 hanya 1 unit.

Walaupun negara secara keseluruhan adalah miskin, tetapi dengan sangat meratanya distribusi pendapatan maka akan membuat orang-orang kaya memaksakan kehendaknya untuk mengatur seluruh pola produksi. Bagi negara yang GNP-nya rendah dan pendapatan per kapitanya juga rendah. Walaupun pada kenyataannya mereka itu hanya sebagai golongan yang kecil dari suatu masyarakat. Daya beli mereka yang kuat dapat melakukan impor dan produksi yang mengarah pada barang-barang mewah industri walaupun sebagian besar rakyat hidup hanya sekedarnya saja.

Akibatnya terjadinya ketidakmerataan dalam hal pendapatan, maka banyak negara di negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga yang ternyata pendapatannya begitu rendah tetapi menggunakan sejumlah besar sumber-sumber keuangan, teknik, dan administrasi. Sekiranya pendapatan didistribusikan secara lebih merata. Implikasi tambahan dari pola permintaan yang cebderung ke konsumsi barang-barang mewah pada umumnya produksi barang tersebut membutuhkan teknik produksi barang-barang kebutuhan pokok yang relative lebih padat karya.

Para ahli ekonomi umumnya membedakan antara dua ukuran pokok dari distribusi pendapatan yang keduanya digunakn untuk tujuan kuantitatif dan analisis yakni : 1) distribusi pendapatan perorangan atau ukuran dan 2) distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan berdasarkan masing-masing faktor yang dapat didistribusikan

Para ahli ekonomi dan statistic mengelompokkan individu-individu tersebut didasarkan pada pendapatan perorangan dan kemudian membaginya dengan jumlah yang berbeda-beda ukurannya. Adapun cara lain yang biasanya digunakan untuk menganalisis statistic pendapatan perorangan ialah dengan menggunakan kurva Lorenz. Pengukuran ketidakmerataan pendapatan relative yang sangat sederhana di suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung nisbah/rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dengan kurva Lorenz dibagi dengan luas separoh bidang diman kurva terletak.

Nisbah konsentrasi gini atau koefisien gini berasal dari nama seorang ahli statistic bangsa Italia yakni C. Gini. Sebagai orang pertama yang merumuskannya pada tahun 1912. Ukuran pendapatan yang kedua yang biasanya digunakan para ahli ekonomi, yakni distribusi fungsional atau distribusi faktor.

Walaupun individu-individu tertentu mungkin menerima hasil dari semua sumber daya tersebut, tetapi bukan suatu hal yang diperhatikan dalam pendekatan fungsional. Banyak buku yang menggunakan pendekatan teori distribusi pendapatan fungsional. Kurva permintaan dan penawaran diasumsikan sebagai sesuatu yang menentukan harga masing-masing faktor produktif.
Dalam hal kemiskinan absolute ditentukan oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah tingkat pendapatan minim tertentu atau ditentukan oleh garis kemiskinan internasional. Garis tersebut tidak mengenal batas negara dan tidak ada hubungannya dengan tingkat pendapatan per kapita di suatu negara. Kemiskinan absolute dapat saja terjadi di New York atau Kalkuta, Kairo, Lagos, atau Bogota. Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan absolute, tetapi di sebagian besar negara-negara berkembang pertumbyhan ekonomi saja tampaknya tidak cukup.

Disayangkan karena para ahli ekonomi tidak mempunyai pengetahuan mengenai faktor-faktor khusus yang dapat mempengaruhi perubahan distribusi pendapatan di setiap negara. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak berarti distribusi pendapatan semakin memburuk. Walaupun demikian negara-negara seperti Meksiko dan Panama mengalami laju pertumbuhan yang cepat, tetapiu diimbangi pula dengan semakin memburuknya distribusi pendapatan.

Di lain pihak laju pertumbuhan GNP di India, Peru, dan F8ilipina, laju pertumbuhan GNP-nya rendah juga disertai memburuknya distribusi pendapatan secar relative bagi 40% golongan bawah. Walau gambaran tersebut dinilai masih kasar dan utnuk jangka waktu pendek, tetapi data tersebut sudah menunjukkan karakter pertumbuhan ekonomi. Jelas bahwa tingkat pertumbuhan yang cepat semata-mata bukan suatu yang menentukan distribusi pendapatan.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa efek dari pembangunan ekonomi yang prinsipiil terhadap distribusi pendapatan secara rata-rata ternyata sudah menurunkan pendapatan absolute dan pendapatan relative golongan miskin. Pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber daya manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi energi serta ketrampilan manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk energi. Kita harus mengubah pandangan kita dari melihat masalah pemerataan pendapatan sebagai suatu problem sosial menjadi melihatnya sebagai masalah bagaimana memelihara, mengembangkan serta memanfaatkan potensi nasional yang selama ini belum kita gunakan secara wajar. Dilihat dari sudut ini, maka persoalan pemerataan pendapatan di Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dari persoalan mengembangkan, memelihara serta memanfaatkan suatu bentuk energi secara terarah pada sasaran-sasaran perjuangan Bangsa.


DAFTAR PUSTAKA

http://nofieiman.com/2010/02/distribusi-pendapatan-vs-kebahagiaan/
http://www.slideshare.net/gaffari/4-transformasi-struktural-proses-distribusi
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/ukuran-distribusi-pendapatan
http://statistikaterapan.wordpress.com/2008/09/10/mengukur-distribusi-pendapatan-gini-ratio/